Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lika-Liku Branjes Klasik dan Postmodernis

Sebenarnya mereka para branjes pada umumnya sudah sepakat akan subspesies banjangan itu hanya ada 2 macam yaitu MJ Javanica dan MJ parva (diluar subspesies lain seperti timorensis, australia, dll) ini yang umum ditemukan di Indonesia, dan umumnya branjes senior yang kenyang akan pengalaman sudah sangat paham tentang perbedaan tersebut.


Tetapi, perdebatan kemudian muncul ketika literatur mendefinisikan Mirafra Javanica Javanica sebagai branjangan lokal Jawa sementara Mirafra Javanica Parva sebagai Branjangan Kecil. (Noted; parva = kecil, bhs latin).

Hal ini lah yang kemudian ditolak oleh para branjes klasik, karena bagi mereka, khususnya di jawa, yang dimaksud Branjangan lokal Jawa bukan saja Mirafra Javanica Javanica sebagaimana yang dimaksud oleh literatur, melainkan subspesies Mirafra Javanica Parva yang juga ternyata ada di pulau jawa. (Sering kita lihat tulisan "tangkapan lokal").

Dalam kelompok ini, kita temukan istilah branjangan pari, branjangan dele (kedelai), branjangan kebo, dll. Bahkan, beberapa branjess klasik senior relatif bisa membedakan branjangan tangkapan dari masing2 daerah di pulau jawa.

Lalu, apa sebenarnya yang membuat perdebatan dan penolakan ini seolah-olah tidak kunjung selesai? Secara global setidaknya ada 3 faktor yang memengaruhinya:

1. Kekeliruan Dalam Istilah
Sebagaimana yang kita ketahui, pembagian subspesies adalah berdasarkan penelitian morfologi burung, sementara penamaan burung juga ada unsur wilayah/daerah. Sangat dibenarkan bahwa pada saat penelitian identifikasi burung, faktor wilayah sangat diperhitungkan, namun lebih berperan sebagai data penunjang,  perhatian utama tetapah pada morfologi burung tersebut.

2. Gengsi Kedaerahan
Gengsi yang saya maksud disini adalah (sebagaimana kita tahu) burung branjangan adalah icon bagi kicau mania di pulau Jawa, sebagaimana burung murai batu di Sumatera serta pentet di Madura misalnya. Dalam hal ini, tentu saja para branjes agak "kurang berkenan" jika burung yang mereka pelihara disebut "parva", karena sebagian besar branjes (termasuk branjes postmodernis) mengidentikkan Mirafra Javanica Parva sebagai Branjangan dari pulau Nusa Tenggara atau NTB. Bahkan sering kali kita temukan sebagian branjes klasik yang ekstrem, lebih memilih memelihara branjangan kecil (parva), tapi hasil tangkepan lokal (Jawa), daripada branjangan besar tapi "Borneo", misalnya.

3. Harga 
Inilah sumber terbesar sebagai pemicu utama, hal itu sangat wajar karena begitu jomplangnya range harga antara Mirafra Javanica Javanica dan Mirafra Javanica Parva saat ini. Bisa kita bayangkan, Mirafra Javanica Parva bahan khususnya yang benar-benar diketahui dari pulau Nusa Tenggara hanya dihargai sekitar 70 rb s/d 150 rb,  sementara Mirafra Javanica Javanica (sebagaimana yang dimaksud dalam literatur) dapat mencapai nominal 3 juta ke atas untuk bahan bahkan bisa mencapai 6 jt an.

Efek negatif dari jomplangnya harga saat ini,  juga faktor gengsi sebagaimana yang diterangkan pada point ke 2, berakibat memunculkan para "spekulan" dan para penipu ulung, berbagai modus pun dilakukan seperti menyemir bulu, memisahkan bahan branjangan NTB yang memiliki corak batik yang  mirip dengan corak batik  MJJ untuk dijual dengan harga yang lebih mahal terhadap calon konsumen yang masih awam.

Dari 3 faktor tersebur di atas, ada beberapa penawarn solusi, yaitu ;

1. Pendefinisian Ulang Nama.
Misalnya untuk Mirafra Javanica Javanica sebagai Branjangan... (terserah apa dan tanpa embel "Lokal"). Dan untuk Mirafra Javanica Parva sebagai Branjangan Mini, misalnya. (Parva = kecil/mini).
Analogi : burung Cucak Hijau dan Cucak Hijau Mini / Cucak Daun.

2. Penelitian (ilmiah) Ulang.
Hal ini mengingat sumber referensi utama kajian ilmiah burung branjangan adalah dari karangan Horsfield (1821M) dan wilayah penelitian juga hanya fokus pada area sawah untuk Mirafra Javanica Javanica di jawa, dan pesisir Sumbawa serta Nusa Tenggara untuk Mirafra Javanica Parva, menurut kami perlu adanya penelitian ulang atau lanjutan sebagai Update dab Upgrade pengetahuan kita semua khususnya para branjes nusantara. 

Dan sebagai penutup, tulisan ini hanya sebuah gagasan, dan bukan sebagai bahan perdebatan baru. Salam cuit-cuit